TUGAS MANDIRI
Filsafat Umum
|
DOSEN PENGASUH
Rabiatul Adawiah M.Ag
|
FILSAFAT
ABAD
PERTENGAHAN
DISUSUN OLEH :
ZULKIFLI
0901160184
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS
SYARIAH
JURUSAN
PERBANKAN SYARIAH
BANJARMASIN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah
filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai patokan suatu era ( zaman
), karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu suatu aliran filsafat bisa
meninggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban manusia.
Dalam sejarah
filsafat ada saat-saat yang dianggap penting sebagai patokan suatu era ( zaman
), karena selain memiliki zaman atau khas, yaitu suatu aliran filsafat bisa
meninggalkan pengaruh yang sangat bersejarah pada peradaban manusia.
Pada awal abad
ke-6 filsafat berhenti untuk waktu yang lama. Segala perkembangan ilmu pada
waktu itu terhambat. Hal ini disebabkan karena abad ke-6 dan ke-7 adalah
abad-abad yang kacau. Karena pada waktu itu adanya perpindahan bangsa-bangsa
yang masih belum beradab terhadap kerajaan romawi, sampai kerajaan tersebut
runtuh.
Bersama
kerajaan itu runtuh, runtuh pula lah peradaban romawi, baik itu yang bukan umat
kristiani maupun peradaban kristiani yang di bangun pada abad ke-5 terakhir.
Pada perkembangan peradaban yang kacau ini, ada yang berkembang pada peradaban
yang baru di bawah pemerintahan Karel Agung ( 742 — 814 ), yang
memerintah pada awal abad pertengahan, di eropa terdapat ketenangan di bidang
politik.
Pada waktu
itulah kebudayaan mulai bangkit, dan bangkitlah ilmu pengetahuan dan kesenian.
Juga filsafat mulai di perhatikan. Filsafat abad pertengahan adalah suatu arah
pemikiran yang berbeda sekali dengan pemikiran dunia kuno.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana
halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat
atau pemikiran pada abad pertengahanpun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen.
Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama, sehingga
corak pemikiran kefilsafatannya bersifat teosentris.
Filsafat abad
pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru di tengah-tengah suatu
perkumpulan bangsa yang baru, yaitu bangsa eropa barat. Filsafat yang baru ini
disebut skolastik.
Abad
pertengahan selalu dibahas sebagai zaman yang khas akan pemikiran eropa yang
berkembang pada abad tersebut, dan menjadikan suatu kendala yang disesuaikan
dengan ajaran agama. Dalam agama kristen, pada abad pertengahan, tentu saja ada
kecerdasan logis yang mendukung iman religius. Namun iman sama sekali tidak
disamakan dengan mistisisme.
B. Perumusan Masalah
Dalam makalah yanhg akan saya
presentasikan ini, saya membagi beberapa sub yang membahas tentang filsafat
abad pertengahan yaitu :
1.
Keadaan pada permulaan abad pertengahan
2.
Masa penting pada abad pertengahan
3. Beberapa filosof pada abad
pertengahan dan Pemikiran
para filosof abad pertengahan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Keadaan pada Permulaan Abad Pertengahan
Filsafat barat
abad pertengahan ( 476-1492 M ) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap, karena
pendapat ini didasarkan pada pendekatan gereja. Memang pada saat itu tindakan
gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi
memiliki kebebasan untuk memiliki untuk mengembangkan potensi yang terdapat
pada dirinya dan tidak mempunyai kebebasan berpikir. Apabila terdapat
pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ajaran agama Kristen orang
tersebut akan dikenakan hukuman berat. Karena itu, kajian terhadap agama (
teologi ) yang tidak berdasarkan ketentuan gereja akan mendapatkan larangan
ketat. Yang berhak mengadakan penyelidikan terhadap agama adalah pihak gereja.
Walaupun demikian, ada juga yang melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap
orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran ( inkuisisi ). Pengejaran
terhadap orang-orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus
Innocentius III diakhir abad XII, dan yang paling berhasil dalam pengejaran
orang-orang murtad ini di Spanyol.[1]
Sedangkan
ciri-ciri pemikiran abad pertengahan adalah :
1. Cara
berfilsafat di pimpin oleh orang gereja.
2. Berfikir dalam
lingkungan ajaran Aristoteles.
Masa
Abad Pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang penuh dengan
upaya menggiring manusia kedalam kehidupan atau system kepercayaan yang picik
dan fanatik, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta. Karena itu
perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Masa
ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah
hidup yang saleh. Namun, disisi lain dominasi gereja ini tanpa memikirkan
martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran, keinginan, dan
cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
B. Masa Penting pada Abad Pertengahan
Sejarah Abad
Pertengahan dibagi menjadi dua jaman, yakni jaman patristik dan jaman
skolastik
1.
Zaman Patristik ( Abad ke-2 sampai Abad ke-7 )
Istilah Patristik
berasal dari kata Latin pater atau
bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari
golongan atas atau golongan ahli piker. Dari golongan ahli piker inilah
menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menerima filsafat
Yunani dan ada juga yang menerimanya. Di sinilah muncul pro dan kontra terhadap
penerimaan filsafat. Karenanya, Jaman Patristik ditandai dengan usaha keras
para Bapa Gereja untuk mengartikulasikan, menata, dan memperkuat isi ajaran
Kristen serta membelanya dari serangan kaum kafir dan bid'ah kaum Gnosis.
Bagi
mereka yang menolak, alasanya karena beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber
kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber
kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima
sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu
firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya
diambil metodosnya saja ( tata cara berpikir ). Juga, walaupun filsafat Yunani
sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi,
memakai/menerima filsafat Yunani diperbolehlkan selama dalam hal-hal tertentu
tidak bertentangan dengan agama.
Akhirnya
terjadi pertentangan antara orang yang menerima filsafat Yunani dan orang yang
menolak filsafat Yunani dan akibatnya muncul upaya untuk membela agama Kristen,
yaitu para apologis ( pembela iman Kristen ) dengan kesadarannya membela iman
Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para pembela iman Kristen tersebut
adalah Justinus Martir, Irenaeus, Origenes, Gregorius, Nissa, Tertullianus,
Diosios Arepagos, Au-relius Agustinus.
a. Justinus Martir
Menurutnya
filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini didasarkan bahwa
Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang-orang Yunani
( Socrates, Plato, dll ) kurang memahami apa yang terkandung dan memancar dari
logosnya, yaitu pencerahan sehingga oran-orang Yunani dapat dikatakan
menyimpang dari ajaran murni. Mengapa menimpang ? karena orang-orang Yunani
terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah
pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu
dibandingkan dengan filsafat Yunani.
b. Klemens ( 150-215 )
ia juga
termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokok-pokok
pikirannya adalah sebagai berikut :
-
Memberikan
batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas
filsafat Yunani.
-
Memerangi
ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani.
-
Bagi
orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen dan memikirkan
secara mendalam.
c. Tertullianus
Ia
dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan
ia menjadi gigih membela Kristen secara fanatic. Ia menolak kehadiran filsafat
Yunani karena filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat,
bahwa wahyu Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan
filsafat, tidak ada hubungan antara Yerussalem ( pusat agama ) dengan Yunani (
Pusat filsafat ), tidak ada hubungan antara gereja dengan akademi, tidak ada
hubungan antara Kristen dengan Penemuan baru.
Akan
tetapi lama kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat Yunani
sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya, bagaimanapun juga berfikir yang
rasional diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang
diharapkan tidak dibakukan, saat itu hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli
pkir Yunani saja, sehingga akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi
praktisnya saja, dan dia menerima filsafat sebagai cara atau metode berpikir
untuk memikirkan kebenaran keberadaan Tuhan beserta sifat-sifatnya.
d. Agustinus ( 354-430 )
Menurut
pendapatnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat
mencapai kebenaran dan kepastian yang tidka ada batasnya, yang bersifat kekal
abadi. Artinya, akal piker manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan
yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran
Agustinus berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa.
Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran
skoalistik. Mengapa ajaran sebagai akal dari skoalistik dapat mendominasi
hampir sepuluh abad ? karena ajarannya lebih bersifat metode daripada suatu
system seehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skoalistik
2. Zaman Skoalistik
Istilah
skoalistik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skoalistik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skoalistik merupakan corak khas dari
sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat
beberapa pengertian dar corak khas skoalistik, sebagai berikut :
a. Filsafat skoalistik adalah filsafat
yang mempunyai corak semata-mata agama. Skoalistik ini sebagai bagian dari
kebudayaan abad pertengahan yang religious.
b. Filsafat skoalistik adalah filsafat yang mengabdi pada
teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai
berfikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumuan tersebut
kemudian muncul istilah skoalistik Yahudi, skoalistik Arab dan lain-lainnya.
c. Filsafat Skoalistik adalah suatu system filsafat yang
termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk
sintesis yang lebih antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat skoalistik adalah filsafat
Nasrani karena banyak di pengaruhi oleh ajaran gereja.
Para sejarawan filsafat membagi
Jaman Skolastik ini ke dalam tiga periode;
1.
Periode
Skolastik Awal (800-1200 M)
2.
Periode
Skolastik Puncak (1200-1300 M)
3.
Periode
Skolastik Lanjut/Akhir (1400 M)
a.
Periode Skoalistik Awal (800-1200 M)
Ajaran Agustinus dan neo-Platonisme
banyak berpengaruh. Pada periode ini, diupayakan misalnya, pembuktian Tuhan
berdasarkan rasio murni tanpa berdasarkan kitab suci. Tokohnya adalah Anselmus.
Selain para pemikir dari kristen, jangan pula dilupakan peran filosof Islam
seperti Ibn Sina dan Ibn Rushd. Keduanya berperan hebat dalam memperkenalkan
pemikiran Aristoteles dan neo-Platonis sehingga juga mempengaruhi Abad
Pertengahan. Ibn Sina misalnya, berusaha mensintesiskan neo-Platonisme dan
Aristotelianisme.
Di antara tokoh-tokohnya adalah Aquinas
(735-805), Johanes Scotes Eriugena (815-870), Peter Lombard (1100-1160), John
Salisbury (1115-1180), Peter Abaelardus (1079-1180).
b.
Periode Skoalistik Puncak (1200-1300 M)
Filsafat Aristoteles memberikan
pengaruh yang besar. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna
(1158), Paris (1170), Oxford (1200). Pada periode ini pula, terjadi kontrontasi
dua golongan rohaniawan (ordo) antara ordo Fransiskan (berorientasi pada
filsafat Agustinus) dan ordo Dominikan (berorientasi pada filsafat
Aristoteles). Pada abad
ke-13, terjadi sintesis besar dua khazanah pemikiran antara kristiani (ajaran
Augustinus) dan filsafat Yunani (Plato, neo-Platonisme, dan Aristoteles).
Tokohnya, Yohanes Fidanza (Bonaventura), Albertus Magnus, dan Thomas Aquinas.
Hasil sintesis ini disebut Summa (keseluruhan, Latin).
Berikut ini beberapa factor mengapa
masa skoalistik mencapai pada puncaknya.
1.
Adanya pengaruh dar Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12
sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
2.
Tahun 1200 didirikan Universitas almamater di Prancis. Universitas ini
merupakan gabungan dari beberapa sekolah. Almamater inilah sebagai awal
(embrio) berdirinya Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di
Cambridge dan lain-lainya.
3.
Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian
orang terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk
memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh
terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang pperan
di bidang filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas,
Benaventura, J.D. Scotus, William Ocham.
Filsafat Aristoteles memberikan
pengaruh yang besar. Universitas-universitas pertama didirikan di Bologna
(1158), Paris (1170), Oxford (1200). Pada periode ini pula, terjadi kontrontasi
dua golongan rohaniawan (ordo) antara ordo Fransiskan (berorientasi pada
filsafat Agustinus) dan ordo Dominikan (berorientasi pada filsafat
Aristoteles). Pada abad
ke-13, terjadi sintesis besar dua khazanah pemikiran antara kristiani (ajaran
Augustinus) dan filsafat Yunani (Plato, neo-Platonisme, dan Aristoteles).
Tokohnya, Yohanes Fidanza (Bonaventura), Albertus Magnus, dan Thomas Aquinas.
Hasil sintesis ini disebut Summa (keseluruhan, Latin).
3.
Zaman Skoalistik Akhir (1400 M)
Masa ini ditandai dengan adanya
rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya
sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Kepercayaan orang pada kemampuan rasio dalam memberi jawaban
atas masalah-masalah iman mulai berkurang. Timbullah semacam keyakinan bahwa
iman dan pengetahuan tidak dapat dipersatukan. Rasio tidak dapat mempertanggung
jawabkan ajaran Gereja. Dan hanya iman yang dapat menerimanya. Kesalehan dan
hidup mistik mendapatkan perhatian istimewa. Tokohnya seperti Thomas A. Jempis.
Dan muncul tokoh lainnya di Jerman, Nicolaus Cusanus. Ia menampilkan
"Pengetahuan mengenai Ketidaktahuan" ala Socrates dalam pemikiran
kristianinya: "Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dapat kuketahui bukanlah
Tuhan". Setelah periode ini, filsafat mulai memasuki periode jaman modern
yang diawali dengan jaman Renaissans, jaman "Kelahiran Kembali"
kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah Abad Pertengahan merupakan
istilah untuk menunjuk suatu jaman peralihan atau jaman tengah antara dua jaman
penting sesudah dan sebelumnya; yakni Jaman Kuno (Yunani dan Romawi) dan Jaman Modern
yang diawali dengan masa Renaissans pada abad ke-17. Sejarah Abad Pertengahan
dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai awal abad ke-17. Ciri Filsafat
Abad Pertengahan: 1) Adanya hubungan erat antara Agama Kristen dan Filsafat.
Dengan kata lain, filsafat Abad Pertengahan adalah filsafat Kristiani. 2) Tema
Filsafat Abad Pertengahan adalah hubungan antara iman yang berdasarkan
wahyu-Ilahi dan pengetahuan yang berdasarkan kemampuan rasio-manusia. 3)
Dapatlah dikatakan bahwa Filsafat Abad Pertengahan adalah filsafat agama dengan
agama kristiani sebagai basisnya. Jaman penting abad pertengahan: 1) jaman
Patristik, 2) jaman Skoalistik
DAFTAR
PUSTAKA
Asmoro, Achmadi. Filsafat
Umum, Jakata: PT. Raja Grafindo Persada,2008.
Tafsir,
ahmad. Filsafat Umum Akal sejak Thales
Sampai Chapra. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
www.google.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentarnya