TUGAS
TERSTRUKTUR
Ilmu Ekonomi
Makro dan Mikro Islam
|
DOSEN PENGASUH
Patimatu Jahra, S.Ag, MSI.
|
TEORI PRODUKSI ISLAMI
DISUSUN OLEH :
ISMAWATI
0901160154
ZULKIFLI 0901160184
KELOMPOK III
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI
FAKULTAS
SYARIAH
JURUSAN
PERBANKAN SYARIAH
BANJARMASIN
2011
KATA PENGANTAR
Segala
puji dan syukur kami panjatkan, kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
hidayah – Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan
makalah ini dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang ada pada mata kuliah “Ilmu
Ekonomi Makro dan Mikro Islam”
yang
diasuh oleh Ibu Patimatu Jahra, S.Ag, MSI
Penulis menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang perlu mendapat
penyempurnaan, namun inilah usaha maksimal yang dapat kami lakukan. Dengan segala kerendahan hati, kami harapkan
kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini, karena kami yakin bahwa makalah
ini belum mencapai hasil yang sempurna.
Dengan selesainya makalah ini kami
mengucapkan terimakasih yang setinggi – tingginya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi kami khususnya dan
para pembaca pada umumnya.
Amiin
ya rabbal ‘alamin.
Banjarmasin, 15 Oktober
2011
Penyusun
DAFTAR ISI
JUDUL
................................................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR
ISI ........................................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah ............................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
1. Produksi dalam Pandangan Islam ..................................................... 3
2. Pengertian Produksi .......................................................................... 6
3. Tujuan Produksi Menurut Islam
....................................................... 7
4. Motif Produksi dalam Islam
............................................................. 8
5. Nilai-nilai Islam dalam Produksi ....................................................... 10
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ....................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Produksi,
distribusi dan konsumsi sesungguhnya merupakan satu rangkaian kegiatan ekonomi
yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya memang saling mempengaruhi, namun harus
di akui bahwa produksi merupakan titk pangkal dari kegiatan tersebut. Tidak
akan ada distribusi tanpa produksi. Dari teori makro kita memperoleh informasi,
kemajuan ekonomi pada tingkat individu maupun bangsa lebih dapat di atur dengan
tingkat produktivitasnya,daripada kemewahan konsumtif mereka. Atau dengan
kemampuan ekspornya ketimbang agregat impornya.[1]
Dari
sisi pandang konvensional, biasanya produksi di lihat dari tiga hal, yaitu: apa
yang di produksi, bagaimana memproduksinya, dan untuk siapa barang /jasa
diproduksi. Cara pandang ini untuk memastikan bahwa kegiatan produksi cukup
layak untuk mencapai skala ekonomi. Dalam berproduksi itu tadi, ekonomi
konvensional menempatkan tenaga kerja sebagai salah satu dari emapt faktor
produksi; tiga faktor produksi lainya adalah sumber alam, modal dan keahlian.
Dalam memandang faktor tenaga kerja inilah terdapat sejumlah perbedaan. Paham
ekonomi sosialalis misalnya memang mengakui faktor tenaga kerja merupakan
faktor penting. Namun paham ini tidak memeberikan pengakuan dan penghargaan hak
milik individu, sehingga faktor tenaga kerja atau manusia turun derajatnya
menjadi sekedar pekerja atau kelas pekerja. Sedangkan paham kapitalis, yang
saat ini menguasai dunia,memandang modal atau kapital sebagai unsur yang terpenting dan oleh sebab itu, para pemilik
modal atau para kapitalislah yang menduduki tempat yang sangat strategis dalam
ekonomi kapitalis [2].
Ekonomi konvensional juga kadang melupakan kemana
produksinya mengalir. Sepanjang efesiensi ekonomi tercapai dengan keuntungan
yang memadai, umumnya mereka sudah puas. Bahwa ternyata produknya hanya
dikonsumsi kecil masyarakat kaya, tidaklah menjadi kerisauan system ekonomi
konvensional.[3]
Nah, sekarang yang menjadi pertanyaan
bagaimana teori produksi yang Islami, pertanyaan tersebut akan di bahas dalam
makalah berikut ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah diuraikan, maka yang menjadi persoalan dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Bagaimana Produksi Dalam Pandangan Islam ?
2. Apa Pengertian Produksi ?
3. Apa Tujuan Produksi Menurut
Islam ?
4. Bagaimana Motif Berproduksi dalam
Islam ?
5.
Bagaimana Nilai-nilai Islam dalam Berproduksi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Produksi Dalam Pandangan Islam
Prinsip dasar ekonomi Islam adalah keyakinan kepada Allah SWT
sebagai Rabb dari alam semesta. Ikrar akan keyakinan ini menjadi pembuka
kitab suci umat Islam, dalam ayat:
"Dan dia Telah menundukkan untukmu
apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat)
daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.” (al-Jaatsiyah: 13)[4].
Allah telah menetapkan bahwa manusia berperan sebagai khalifah,
bumi adalah lapangan dan medan, sedang manusia adalah pengelola segala apa yang
terhampar di muka bumi untuk di maksimalkan fungsi dan kegunaannya. Tanggung
jawab manusia sebagai khalifah adalah pengelola resources yang telah
disediakan oleh Allah secara efisien dan
optimal agar kesejahteraan dan keadilan ditegakkan.[5]
Islam juga mengajarkan bahwa sebaik-baiknya orang adalah orang yang
banyak manfaatnya bagi orang lain atau masyarakat. Fungsi beribadah dalam arti
luas ini tidak mungkin dilakukan bila seseorang tidak bekerja atau berusaha.
Dengan demikian, bekerja dan berusaha itu menempati posisi dan peranan yang
sangat penting dalam Islam.[6]
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah
sekedar untuk mengkonsumsi sendiri atau dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup,
karena masih terbatas pada fungsi ekonomi. Islam secara khas menekankan bahwa
setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial. Ini tercermin
dalam QS. Al-hadiid (57) ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-Nya dan
nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah Telah menjadikan kamu menguasainya.[7]
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari
hartanya memperoleh pahala yang besar.” QS: Al-hadiid (57) : 7.
Sebagai modal dasar berproduksi, Allah
telah menyediakan bumi beserta isinya bagi manusia, untuk diolah bagi
kemaslahatan bersama seluruh umat. Hal itu terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat
22:
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[8],
padahal kamu Mengetahui”. QS:
Al-Baqarah : 22.
Adapun kaidah-kaidah dalam berproduksi dalam Islam
antara lain adalah:
1.
Memproduksi barang
dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.
2.
Mencegah kerusakan
dimuka bumi, termasuk membatasi polusi, memelihara keserasian, dan ketersediaan
sumber daya alam.
3.
Produksi dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan individu dan masyarakat serta mencapai kemakmuran.
Kebutuhan yang harus dipenuhi harus dalam prioritas yang ditetapkan agama,
yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya
nyawa, akal dan keturunan/kehormatan, serta untuk kemakmuran material.
4.
Produkksi dalam
Islam tidak dapat dipisahkan dari tujuan kemandirian umat. Untuk itu hendaknya
umat memiliki berbagai keahlian, kemampuan dan prasarana yang memungkinkan
terpenuhinya kebutuhan sprituak dan material.
5.Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik
kualitas spiritual maupun mental dan fisik.[9]
B.
Pengertian Produksi
Produksi adalah menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang.
Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih
dari bentuk semula.[10]
Dalam pengertian lain, produksi adalah sebuah proses yang terlahir di muka buni
ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi
kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi.[11] Ada juga yang berpendapat bahwa produksi adalah
kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan
oleh konsumen.[12]
Fungsi produksi adalah hubungan antara
jumlah input yang diperlukan dan jumlah output yang dapat dihasilkan.[13]
Fungsi produksi menentukan berapa besar output, dengan kandungan berkah
tertentu, bisa diproduksi dengan input-input yang disuplai ke dalam proses
produksi dan dengan jumlah modal/kapital yang tertentu.
Produksi yang Islami menurut siddiqi (1992) adalah penyediaan
barang dan jasa dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kebijakan atau
manfaat (mashlahah) bagi masyarakat.
Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil dan membawa
kebijakan bagi masyarakat maka ia telah bertindak Islami.[14]
C. Tujuan Produksi
Menurut Islam
Sebagaimana
telah dikemukakan, kegiatan produksi merupakan respon terhadap kegiatan
konsumsi, atau sebaliknya. Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang
atau jasa, sementara konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil dari
produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai
yang saling berkait satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, kegiatan
produksi harus sepenuhnya sejalan dengan kegiatan konsumsi. Apabila keduanya
tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak berhasil mencapai tujuan
yang diinginkan.[15]
Tujuan
seorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam persfektif ekonomi
Islam adalah mencari mashlahah
maksimum dan produsen pun juga harus demikian. Dengan kata lain, tujuan
kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah bagi konsumen. Secara lebih
spesifik, tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemashlahatan yang bisa
diwujudkan dalam berbagai bentuk di antaranya:
1.
Pemenuhan kebutuhan
manusia pada tingkat moderat
2.
Memnemukan kebutuhan
masyarakat dan pemenuhannya.
3.
Menyiapkan persediaan
barang dan jasa di masa depan.
4.
Pemenuhan sarana bagi
kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah SWT.
|
|||||||||
|
|
||||||||
|
Gambar.
1
D. Motiv Berproduksi Dalam
Islam
Kegiatan
produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility)
baik dimasa kini maupun dimasa mendatang (M.Frank, 2003). Dengan pengertian
yang lusa tersebut, kita memahami kegitan produksi tidak terlepas dari keseharian manusia.[16]
Motif
maksimalisasi kepuasan dan maksimalisasi keuntngan yang menjadi pendorong utama
sekaligus tujuan dari keputusan ekonomi dalam pandangan ekonomi konvensional
bukannya salah ataupun di larang dalam Islam. Islam ingin mendudukkannya pada
posisi yang benar, yakni semua itu dalam rangka maksimalisasi kepuasan dan
keuntungan di akhirat. Perlu diingat sejarah pemikiran ekonomi dan ilmu
pengetahuan pada umumnya yang bangkit sejak jaman Renaisans, suatu jaman dimana
terjadi perubahan ukuran kebenaran dari yang semula bersandar kepada wahyu dan
dogma gereja menjadi bersandar kepda logika, bukti-bukti empiris, positivisme.
Perubahan ukuran kebenaran tersebut membuat ilmu pengetahuan maju pesat, akan
tetapi ia menjadi sangat sekuler.[17]
Isu
penting yang kemudian berkembang menyertai motivasi produksi ini adalah masalah
etika dan tanggung jawab sosial produsen. Keuntungan maksimal telah menjadi
sebuah insentif yang teramat kuat bagi produsen untuk melaksanakan produksi.
Akibatnya, motivasi untuk mencari keuntungan maksimal sering kali menyebabkan
produsen mengabaikan etika dan tanggung jawab sosialnya. Segala hal perlu
dilakukan untuk mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya.[18]
Dalam
pandangan ekonomi Islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan tujuan
produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah
menyediakan kebutuhan material dan spritual untuk mencptakan mashlahah, maka motivasi produsen tentu
juga mencari mashlahah, dimana hal
ini juga sejalan dengan tujuan kehidupan seorang muslim. Mencari keuntungan
dalam produksi dan kegiatan bisnis memang tidak dilarang, sepanjang dalam
bingkai tujuan dan hukum Islam.[19]
E. Nilai-nilai Islam dalam Berproduksi
Upaya
produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila
produsen mengaplikasikan nilai-nilai Islam. Dengan kata lain, seluruh kegiatan
produksi terkait pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami, sebagaimana
dalam kegiatan konsumsi. Metwally (1992) mengatakan, “perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada
tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”.[20]
Nilai-nilai
Islam yang relevan dengan produksi dikembangkan dari tiga nilai utama dalam
ekonomi Islam, yatiu: khalifah, adil, dan takaful. Secara lebih rinci
nilai-nilai Islam dalam produksi meliputi:
1.
Berwawasan jangka
panjang, yaitu berorientasi pada tujuan akhirat.
2.
Menepati janji dan
kontrak, baik dalam lingkup internal atau eksternal.
3.
Memenuhi takaran,
ketepatan, kelugasan, dan kebenaran.
4.
Berpegang teguh pada
kedisiplinan dan dinamis.
5.
Memuliakan prestasi
atau produktivitas.
6.
Mendorong ukhuwah antar
sesama pelaku ekonomi.
7.
Menghormati hak milik induvidu.
8.
Mengikuti syarat sah
dan rukun akad atau transaksi.
9.
Adil dalam bertrnsaksi.
10.
Memiliki wawasan
sosial.
11.
Menghindari jenis dan
proses produksi yang diharamkan dalam Islam.[21]
Penerapan
nilai-nilai Islam di atas dalam produksi tidak saja akan mendatangkan berkah. Kombinasi
keuntungan dan berkah yang diperoleh oleh produsen merupakan satu mashlahah
yang akan memberi kontribusi bagi tercapainya falah. Dengan cara ini perolehan kebahagiaan hakiki, yaitu
kemuliaan tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.[22]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Secara
teknis produksi adalah proses mentransformasi input menjadi output, tetapi
definisi produksi dalam pandangan ekonomi jauh lebih luas. Kegiatan produksi
dalam persfektif ekonomi Islam pada akhirnya mengerucut pada manusia dan
eksistensinya, yaitu mengutamakan harkat manusia.
Tujuan
kegiatan produksi adalah menyediakan barang dan jasa yang memberikan mashlahah maksimum bagi konsumen yang di
wujudkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia pada tingkat moderat, menemukan
kebutuhan masyarakat dan pemenuhannya, menyiapkan persediaan barang dan jasa di
masa depan, serta memenuhi sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada Allah.
Produsen
dalam pandangan ekonomi Islam adalah mashlahah
maximizer. Mencari keuntungan melalui produksi dan kegiatan bisnis lain
memang tidak dilarang, sepanjang berada dalam bingkai tujuan dan hukum Islam. Mashlahah bagi produsen terdiri dari dua
komponon, yaitu keuntungan dan keberkahan.
Seluruh
kegiatan produksi terikat pada tatanan nilai moral dan teknikal yang Islami,
sebagimana juga dalam kegiatan konsumsi. Secara lebih rinci nilai-nilai ini
misalnya adalah berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi pada tujuan
akhirat.
DAFTAR
PUSTAKA
Adiwarman
A. Karim, Ekonomi Mikro Islam. Jakarta:PT.
Raja Grafindo Persada. 2007.
Drs. Muhammad, M.Ag. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif Islam. Yogyakarta: BPFE YOGYAKATA, 2004.
Mustafa Edwin Nasution, M.Sc,MAEP,
Ph.D. et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam. Jakarta:
Kencana, 2007., cet.II.
Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam. Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008.
Samuelson dan
Nordhaus. Ilmu Mikro Ekonomi. Jakarta,
PT. Media Global Edukasi, 2003.
[1]Mustafa Edwin
Nasution, M.Sc,MAEP, Ph.D., et al. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.
(Jakarta: Kencana, 2007) , cet.II, hl. 101
[4]Mustafa Edwin
Nasution, M.Sc,MAEP, Ph.D., et al. Op Cit. Hal. 104
[7]Yang dimaksud dengan
menguasai di sini ialah penguasaan yang bukan secara mutlak. hak milik pada
hakikatnya adalah pada Allah. manusia menafkahkan hartanya itu haruslah menurut
hukum-hukum yang Telah disyariatkan Allah. Karena itu tidaklah boleh kikir dan
boros.
[8]Ialah segala sesuatu yang disembah di samping
menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
[10]Drs. Muhammad,
M.Ag. Ekonomi Mikro Dalam Persfektif
Islam. (Yogyakarta: BPFE YOGYAKATA, 2004), hl. 255.
[11]Adiwarman A.
Karim, Ekonomi Mikro Islam.
(Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada. 2007),hl. 102.
[12]Pusat
Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi
Islam. Ekonomi Islam. (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2008). Hal. 230
[15] Ibid. Hal. 231-232
[16]Mustafa Edwin Nasution. et
al. Op Cit. Hal. 102
[17] Ibid.
[19] Ibid. Hal. 239-240
[20] Ibid. Hal. 252
[21] Ibid.
[22] Ibid.. hal.252-253
Ijin Kopast untuk tugas Dosen
BalasHapus